Kali ini, saya akan me-review film Pengabdi Setan karya Joko Anwar. Film
Indonesia yang dirilis tanggal 28 September 2017 ini banyak mendapatkan
respon positif dari masyarakat Indonesia. Film ini berhasil menjaring
91.070 penonton pada hari Perdana penayangannya. Tak heran film yang
merupakan remake dari Pengabdi Setan versi 1980 silam ini menyandang
begitu banyak nominasi di Festival Film Indonesia 2017.
LANGSUNG SAJA
Keluarga Rini (Tara Basro) jatuh miskin karena harus membayar biaya
pengobatan sang ibu (Ayu Laksmi) yang sakit keras. Karena penyakitnya
itu, sang ibu hanya bisa berbaring di tempat tidur. Maka, ia membunyikan
lonceng setiap ingin membutuhkan seseorang untuk menyisir ramburnya,
atau membantunya buang air. Namun sayangnya, tak lama kemudian sang ibu
meninggal dunia.
Kematian sang ibu menjadi awal dari banyak
kejadian menyeramkan di rumah keluarga Rini. Sosok ibu kembali lagi ke
rumah mereka dengan cara-cara yang tak biasa. Rini, sang nenek dan
ketiga adiknya (Endy Arfian, Nasar Annuz dan M. Adhiyat) harus
menghadapi begitu banyak teror di rumah mereka tanpa mengerti apa yang
diinginkan ibu sebenarnya. Keresahan semakin memuncak karena sang ayah
(Bront Palarae) sedang pergi ke luar kota. Mereka terus mencari dan
menerka, hingga akhirnya mereka menyadari bahwa semua ini berkaitan
dengan rahasia besar ibu yang selama ini tak mereka ketahui.
Opini
Film
ini dibuka dengan adegan-adegan "pengenalan" yang banyak memberikan
informasi kepada penonton mengenai kondisi keluarga, karakter personal
para tokoh, serta sejumlah problematika yang mereka alami. Biar begitu,
adegan-adegan tersebut tidak terkesan "menggurui". Suasana rumah khas
vintage memberikan kesan haunting bahkan sejak menit-menit pertama.
Kisah
berangsur-angur menggelap. Kejadian-kejadian tak wajar serta kematian
demi kematian, perlahan menggiring penonton ke arah klimaks yang
gripping dan penuh teror. Tak lupa, dilengkapi pelintiran yang apik dan
mulus menjelang ending.
Layaknya film horror pada umumnya, ada banyak jumpscare dalam film ini. Biar begitu, adegan-adegan jumpscare
dalam Pengabdi Setan tidak monoton sehingga tidak terkesan "murah".
Film ini tak hanya membombardir penonton dengan adegan-adegan
mengejutkan, namun juga memberikan kesempatan kepada penonton untuk
mencerna alur dengan baik. Pengabdi Setan memiliki plot yang cukup kuat,
bisa dibilang jauh lebih kuat dibanding plot film-film horror
internasional yang baru-baru ini muncul seperti Annabelle: Creation (2017) dan IT (2017). Plotnya detail dan cukup "segar".
Meski
ada banyak sosok-sosok meyeramkan dalam film ini, namun tampaknya sosok
hantu ibu lah yang paling mengena bagi penonton. "Penciptaan" tokoh ibu
yang kini jadi perbincangan banyak orang, menurut saya sangat berhasil.
Sosok Ayu Laksmi yang cantik jelita seketika tak dapat dikenali lagi
di sini. Bagaimana tidak? Gerak-gerik ibu sudah memberikan kesan sangat
seram bahkan sejak beliau diceritakan masih hidup. Selain suara lonceng
ibu, suara nyanyian sang ibu yang khas nan mencekam dan terus menerus
diputar sepanjang film, juga menambah nuansa kelam pada film.
Perpaduan
tone visual yang gelap, irama-irama lembut namun menyeramkan,
suara-suara yang memekakkan telinga, dan plot detail nan tak terduga
semuanya berpadu secara sempurna.
Akhir kata, film ini bagus, worth the hype,
dan menurut saya memberikan standar baru bagi perfilman horor di
Indonesia. Semoga ulasan ini bermanfaat untuk Kompasianer yang sedang
mempertimbangkan untuk menonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar